May 8, 2024
Rangka embun yang kokoh-pun tak mampu bersanding dengan sunup. Pasti lekang, hilang, dan meregang pada akhirnya. Apalagi hati yang berasal dari remah-remah hampa dan air mata, sudah pasti pecah.
Hampir tiba musim panas tahun ini, tapi canda-mu di musim gugur bertahun-tahun lalu masih erat bersemi di memori-ku, aku hampir merasa bahwa kau tak pernah benar-benar pergi dan jauh.
Kau yang telah jauh, jika sempat bertandang di sela-sela asterik akhir-akhir ini, lihatkan? Aku baik-baik saja, tapi hanya rindu. Hati ku sedikit repas tapi aku akan tetap keras. Bilamana sesekali ada yang serupa dengan air mata, itu hanya embun, karena akhir-akhir ini malam terasa lebih dingin dari seharusnya.
Apabila kau benar-benar bisa singgah, walau tak lama, bolehkah aku minta dekap-mu yang hangat? Atau genggam saja tanganku lagi seperti dulu? Jika itu berlebihan, biarkan aku lihat wajahmu saja dari kejauhan. Boleh? Aku rindu menggebu-gebu…
Aku sedang berjibaku dengan hidupku, kini aku sibuk, terkadang masih sulit terpejam saat malam. Bolehkah aku berandai? Jika mungkin kau masih di sini, akankah aku merasa selelah ini? Setidaknya mungkin aku masih punya teman kencan untuk secangkir kopi di hari liburku?
Kalau kau bisa mendengarku, datanglah sesekali ke mimpiku. Ajak aku bercerita, dengarkan keluh kesahku, dan jika tidak terlalu sulit, aku mau pelukan-mu satu kali saja…
“…Peluk aku, sebentar saja
Tak perlu berkata-kata, lari dan raup aku yang hampir lebur…”