Dari Hati

Melihat Diriku

21.53


Remang yang sinis ini sungguh dingin termenung tanpamu. Raupan cahaya yang tertutup embun tak akan pernah hapus sepinya tiupan angin tanpamu. Ekor bintang itu mulai menjuntai menitip salam terakhir pada malam, tak lama lagi malam akan benar - benar gelap. Seperti remuknya rinduku dalam kotak tanpa lilin. Seperti rintihan tak tergapai di dasar hati tanpa sinar.

Aku tidak bohong apalagi mengada - ada. Bukan maksudku ingin memintamu kembali, memamerkan betapa rasa ini berjalan tanpamu. Tapi aku hanya ingin berbisik pada kuncup - kuncup kunang yang berterbangan. Mungkin mereka yang akan bisa mendengarkanku. Tak seperti jejak - jejak yang hanya bisa katakan yang sebenarnya aku tak bisa lakukan.
Aku tak ingin harapan, harapan yang terlalu tinggi. Membuat tumitku terlalu berjinjit dan lenganku lelah untuk menggapai. Aku tak ingin mimpi yang hanya akan membawa duka, nafasku yang lelah berburu ketika mimpi itu menagih untuk dipenuhi. Membuat mata ini lelah menyesal ketika tak satupun ada yang aku raih bahkan aku sentuh.

Aku ini sederhana saja, perempuan kecil yang tak ingin macam - macam. Aku ini baru saja mengenalmu, baru saja melihatmu kemarin di sela hujan, tapi sudah kehilanganmu begitu saja. Cukup saja berkhayal kecil tentangmu, yang hanya membuat hati ini tergelitik suka tapi duka.
Sederhana saja untuk mengertiku, tak perlu hingga mengaduk - aduk memori, hanya lihat saja mataku yang besar. Mata besar yang tak menyimpan apapun. Aku ini sederhana, sekalipun sederhana hingga aku tak memiliki apapun untuk diperlihatkan.

Aku ini sederhana, tapi tak begitu dengan hatiku yang tak sesederhana semut jalan di atas benang. Terlalu banyak hujan yang tajam, asap yang perih, dan embun yang dingin. Terlalu berduri, berjaring, dan berliku. Entah seperti apa tampaknya, tapi itu yang lebih aku rasa.