Aku tak ingin lagi menjadi rintik tipis di sela lebatnya hujan di luar sana. Tak ingin menjadi sembilu kecil sendiri di tepian jendela
Bukankah aku lahir untuk bermimpi dan berlari? Bukankah aku hidup untuk terjatuh kemudian bangkit lagi? Untuk tertusuk duri kemudian menjadi seseorang yang kuat, bukan sekedar menangis dan terdiam.
Aku tak lahir untuk menjadi balok - balok rapuh, bahkan tali - tali yang rentan putus. Tak juga menjadi semak - semak maupun kumbang.
Aku terlahir untuk menjadi burung - burung yang mengerti bagaimana setiap kali ombak menghempas karang, bagaimana daun - daun menguning, gugur, kemudian mati, bagaimana semut - semut berjalan di ranting - ranting. Bukan untuk meratapi dan hanya menanti bayang - bayangmu untuk kembali. Bukan untuk itu.
Tapi nyatanya, aku masih saja menjadi rayap - rayap dalam tanah yang takut tersengat matahari.
Aku bahkan takut untuk bermimpi apalagi berlari, bahkan tak pernah berpikir untuk bergerak. Aku bahkan belum bisa bangkit lagi setelah jatuh.
"Kemudian, aku harus melakukan apa?"
"Menjadikan dirimu hanya bagian dari debu - debu kecil?"
"Atau menganggapmu sebagai embun - embun pagi yang dingin?"
"Atau menghilangkanmu diantara tumpukan jerami kering?"
Bahkan jika aku mencoba tak peduli, senja selalu membawamu kembali bersama sayap - sayap burung yang mulai lelah. Bahkan ketika aku mencoba untuk hidup sebagai diri yang lain, kau akan hadir walau hanya seperti daun - daun yang berguguran. Dirimu, bahkan warna matamu akan tetap jelas terlihat.