"Aku masih sama, selalu menanti senja di balik jendela kamarku."
Ketika itu, aku mulai mengerti mengapa tak lagi banyak embun - embun yang hinggap di kaca jendela kamarku. Ketika itu, ketika aku juga baru mengerti bahwa aku telah terlalu banyak bermimpi. Tapi, hingga sekarang, walau tak satupun tercapai, aku masih belum menemukan alasan untukku berhenti bermimpi. Selama aku bahagia, aku akan terus bermimpi walaupun tanganku tak bisa mencapai untuk menggantungnya, atau bahkan ketika tak ada lagi ruang untuk menggantung mimpi - mimpi itu. Karena tuhan tak pernah membatasi mimpi makhluk - makhluknya.
Suatu saat, aku bermimpi akan bertemu lagi dengan sosok tiga tahun lalu yang telah jauh terbang dulu. Tapi mimpi itu tak perlu ragu, walaupun tak mungkin, siapa yang tahu suatu saat nanti akan ada dunia yang dapat mempertemukanku dengan sosoknya. Dulu, terakhir aku bertemu, aku menangis dihadapannya. Aku menyesal, meninggalkan kenangan terakhir yang menyedihkan. "Ayo, kita bertemu lagi, dan aku akan tersenyum, meninggalkan kenangan yang cantik untuk aku dan kamu." Aku pasti telah sangat merindukannya. Sudah lebih dari tiga tahun lalu.
Dear,
Even it's impossible for you to see and hear,
But it's not impossible for me to say and believe,
In another life, let's meet and smile together,
I'll come to you without doubt of losing you (again),
It's hard for me,
Three years, and now I am in longing,
I wonder for once,
Can't you wake up even just once?
At least to say that you'll really be okay there,
Somewhere far away...
I want to hate my self,
For falling for you like forever,
For always counting you in every lonely,