gadis musim dingin.
Pertama kali yang jari mungilnya sapa adalah angin musim dingin yang menyelip lewat sela-sela jendela kayu yang rapuh. Kelopak matanya yang lemah berkedip-kedip perlahan, menahan dingin yang menyapa sekilas wajahnya. Gadis musim dingin, yang hatinya seputih salju. Cantik dan lembut. Bulu mata keritingnya menjadi saksi, siapapun berani mempertaruhkan nyawanya demi melindungi seorang gadis mungil dari dinginnya akhir Desember.
Walaupun nanti akan menghilang, gadis mungil itu tak mungkin terlupakan. Bunga - bunga salju itu selalu menjadi penjaganya. Langkah - langkah kecil yang tidak pernah berhenti, jelas tergambar di atas salju-salju malam yang masih bersemayam.
Aku mengatakan ini, karena hingga sekarang aku masih menganggapnya sebagai gadis mungil yang terlahir di musim dingin. Walaupun dia bukan seorang gadis mungil, tapi caranya menggenggam tanganku dan menatapku seperti gadis itu. Hangat dan penuh ketulusan, seperti memintaku untuk menjaganya dari dingin yang kapanpun bisa hadir.
Aku mengatakan ini karena aku ingin menangis, begitu saja pergi. Musim dingin akan selalu datang, dan setiap salju yang turun, membuatku ingin bertemu dengannya yang seperti gadis mungil.
All day I hesitated...
How I supposed to pass every winter by myself,
with every longing for you,
In a cold wind, with my frozen hand..