I Miss You
10.19Kabut malam memang sudah pupus dari sandaran mataku, tapi entah mengapa embun pagi masih terus terngiang di bawah sinar mentari. Bukankan seharusnya embun pun berlari ketika sinar menghampiri? Mengapa aku terus terbayang dalam titik - titik embun, yang setiap hari membawaku dalam kenangan yang dulu. Apakah diriku terlalu rindu kepadanya?
Aku sadar, aku kehilangan dirinya. Sahabat yang telah lama bersamaku untuk setiap keceriaan dan duka. Dia adalah penggubah air mataku menjadi pelangi dalam hari panjangku. Entah, kurasa aku berat untuk setiap kali membuka mataku. Ketika aku ingat, dirinya tak lagi hadir dalam kemesraan mentari dan hari. Ketika, aku menyadari, dirinya sudah memilih jalan lain untuk menggapai semua mimpinya.
Aku sadar, aku kehilangan dirinya. Sahabat yang telah lama bersamaku untuk setiap keceriaan dan duka. Dia adalah penggubah air mataku menjadi pelangi dalam hari panjangku. Entah, kurasa aku berat untuk setiap kali membuka mataku. Ketika aku ingat, dirinya tak lagi hadir dalam kemesraan mentari dan hari. Ketika, aku menyadari, dirinya sudah memilih jalan lain untuk menggapai semua mimpinya.
Seutas kata memang terlalu sulit diungkapkan untuk menggambarkan kerinduanku. Tapi air mata juga sulit aku raih untuk mengobati hari yang kelabu tanpa dirinya. Aku terlalu rindu, rindu, rindu. Setiap kali aku melihat burung bergemuruh bersama kawan - kawannya. Setiap kali aku melihat semut, merayap bersama kawan - kawannya. Dan aku yang melihat diriku, merindu tentang hari bersama kawanku.
Yah, beginilah hidup yang terus berputar seirama rotasinya. Aku sadar akan itu, aku akan mengalami ini. Inilah hidup nyata, bukan mimpi yang selalu indah, bukan dongeng yang ghaib. Tapi hidup, penuh dengan celah duka juga riuk kebahagiaan bersama.
0 komentar