15.27


Aku hanya memiliki dua tangan yang mungkin tak akan bisa memeluknya erat. Tak seperti gurita yang mungkin akan sangat erat mendekapnya dan bahkan tak akan membiarkannya terlepas. Tapi memang aku tak mungkin menjadi gurita, gurita yang akan membuatnya terus lekat. Dan aku mengerti sekarang, mengapa dirinya tak pernah dekat denganku. Bukan karena aku bukan gurita yang memiliki banyak lengan untuk mendekapnya. Tapi karena aku memang tak pernah bisa untuk terus membiarkannya berada dekat denganku.
Karena dia punya bidadari yang setiap malam menunggu salamnya. Karena bidadarinya begitu cantik bahkan aku tak bisa menjelaskan bagaimana cantiknya bidadari itu. Karena dia begitu menyayangi bidadari itu.

Aku lupa atau mungkin sudah melupakan, atau memang aku tak pernah berniat memberitahunya. Setiap matanya berhadap denganku, lalu tubuhku akan kaku. Setiap dirinya menghampiriku, lalu aku menjadi bisu. Dan setiap senyumnya sampai pada hatiku, lalu aku akan merasa terbawa terbang.

Apakah aku sudah memberitahunya tentang itu?

Setiap malam memberi salam, aku berharap dirinya yang akan menemani dalam mimpiku. Apakah aku sudah memberitahunya?

Mungkin belum, atau bahkan tak akan pernah memberitahunya. Mungkin suatu saat nanti ketika lenganku sudah sekuat delapan lengan gurita untuk mendekapnya. Mungkin nanti, ketika bidadarinya sudah tak cantik lagi.

Entah apa yang aku barusan katakan. Tapi aku hanya seperti bayi yang mengemis gula - gula. Ah!

Sudahlah, kalau memang bidadari itu akan selamanya bersamanya, aku lebih ingin melupakannya. Melupakannya dan menemunkan seseorang sepertinya, mungkin.

You Might Also Like

0 komentar