Manusia Persimpangan
21.58Aku hanya manusia yang berdiri di persimpangan. Nafasnya hanya sehela- helai rumput di sawah. Matanya selalu bulat tapi selalu kosong. Aku ini manusia penghuni persimpangan. Berjalan tapi entah ke mana hendak tujuannya. Bernyanyi tapi entah apa yang ternyanyikan. Berpikir tapi tak mengerti akhir pikirannya.
Aku manusia yang hidup di persimpangan. Antara merindukannya atau menginginkannya hilang. Terlalu bersimpang menurutku. Bingung dan selalu bingung. Tapi manusia persimpangan harus tetap jalan atau hanya akan menjadi rumput di tengah kerikil - kerikil kecil. Atau bahkan hanya tempat pelarian para tuan hujan. Aku memang harus tetap berjalan, menyusuri jalan yang terus dalam persimpangan. Sebesar apapun ku ambil keputusan, persimpangan itu akan tetap mengikuti, aku memang manusia yang hidup untuk persimpangan.
Langit, yang aku pandangi, jingga hampir gelap. Burung - burung itu terlalu ceria untuk melihatku muram, mereka terbang melebarkan tulang - tulang sayapnya bersama kawan - kawan. Dan aku hanya bisa terpaku padanya, mencoba melupakan bahwa aku memang sendiri. Menutup kenyataan bahwa aku sedang meneteskan air mata.
Aku hanya mencoba untuk tidak peduli lagi dengan apa yang aku rasakan. Persimpangan ini terlalu rumit. Aku ingin berhenti, berhenti peduli pada rasaku yang seharusnya tidak untukku. Selalu menangisi dirinya setiap malam menggema. Seperti manusia bodoh, berhari - hari bersama bayangan semu.
Aku memang manusia di persimpangan yang jalan menysuri jalan tanpa tepi. Manusia persimpangan yang tetap bingung akan ke mana. Tapi jawabannya adalah, aku adalah manusia di persimpangan yang harus tetap berjalan...
0 komentar