Masih Merangkai
15.17Ini tidak semestinya menjadi semak dan ilalang diantara belukar dan sayupnya suara rayap di bawah tanah. Ini belum usai, aku masih merangkainya. Aku tak semestinya menjadi rangkaian mimpi yang runtuh dimakan semut, bahkan aku masih mampu untuk merenggangkan tanganku menyentuh cita itu, walau hanya sentuhan tak menentu. Aku masih mencoba merangkai, namun aku sudah runtuh.
Masih ada resah tanpa arti, aku masih ingin menjadi mimpi bersama pelangi, bukan terinjak - injak oleh keangkuhan dunia. Aku masih ingin dilihat sebagai binar, bukan gelap yang dingin. Aku masih ingin menjadi senyuman, bukan air mata yang menghujam deras.
Lalu, bagaimana? aku sudah terlanjur terurai. Mimpi itu sudah terlalu bercerai berai entah ke mana. Hanya ada satu. Mimpi kecil.
Aku masih mencoba merangkai, debu - debu bekas runtuhannya, jejak - jejak mimpi yang putus asa.
Aku belum putus asa, walau asa itupun hanya debu dalam jariku. Tapi aku masih memilikinya.
Aku belum putus asa, walau asa itupun hanya debu dalam jariku. Tapi aku masih memilikinya.
Aku akan terus merangkai, sampai aku menjadi pelangi di seberang hujan sana, hingga semua melihatku sebagai binar dan warna, hingga aku tak lagi sakit terinjak - injak.
0 komentar