Dari Hati

11.22


Aku panggil senja itu jingga yang merona. 
Entah mengapa aku suka mendengarnya, tapi kata kata itu seolah meninggalkan beribu jejak tentang mega - mega yang hilang di kala malam. Aku rindu kehangatan bersama angin - angin yang pulang mencari kawannya, atau bahkan manisnya kicau sayu burung - burung yang menyarang. Sebagai ilalang  yang diam, mungkin riang bersama sajak - sajak bulan yang merindu. 

Dari Hati

21.02


Kepada cinta yang berdebu, aku mungkin malu untuk menatapmu. Mungkin suatu saat nanti kau akan mulai berkarat. Entah, aku tapi akan membiarkanmu seperti itu, agar nyata bahwa aku tak kagumi indahmu, tapi aku terjebak dalam pesonamu...

Dari Hati

Dalam Sabtu Malam

23.46


Aku selalu berjalan, menyusuri jalan berbatu kecil tanpa aspal. Entahlah, tapi suatu saat nanti aku mungkin berhenti. Mungkin karena lelah atau benar - benar sudah tak tahu arah. Aku hanya ilalang yang tertuntun awan tebal. Mengejar bintang yang selalu hilang di tengah malam. Mungkin suatu saat nanti, ketika malam bukan lagi bulan dan bintang, aku akan berhenti. Duduk dan bergumam tak pasti. Mungkin akan heran, mengapa aku pernah terus berjalan, walau tak ada kepastian.
Aku kini sarat akan keraguan dan kerinduan. Entah apa yang diragukan dan tak tahu apa yang dirindukan. Mungkin hanya rasa yang berlebihan, atau bahkan mimpi dalam angan...

Dari Hati

Melupakanmu...

17.50


Kau sepi. Tak cerah dan tak mungkin ku menerawang. Bukankah yang kau ingin aku terus bersama semak - sema tinggi tak bernadi? Sendiri tanpa siapapun teman canda. Terlalu sepi untukku tahu siapa dirimu sebenarnya. Bukankah kau selalu begitu?
Tak pernah membiarkanku mengerti tapi selalu membuatku berayun dalam keraguan dalam penantian. Selangkah saja kau datang, mungkin aku akan mengerti bagaimana senyummu. Tapi bukankah itu bahagiamu? membuatku buta tentangmu, lalu tergelitik bersama anganmu tentang ketidaktahuanku.

Aku telah menghapusmu! Jauh sebelum kau datang lagi dan memberikan jejak - jejak lagi. Aku sudah menguburmu dalam - dalam, agar aku tak akan bisa lagi ingat apapun tentang cerita lalu yang tak seindah purnama. Aku sudah sangat bahagia, bersama tarian balada rindu sang ilalang. Menghadap senja melepas surya dalam tidurnya. Aku sudah terbiasa menyaksikan gelap datang bersama kunang dan rengkuhan kelelawar. Tak lagi dingin juga sepi.
Kau sepi. Dan aku telah bersama bulan yang bersinar sampai senandung malamku usai.