21.46
September 19, 2016
Untuk hidupnya harapan...
Salahkan resah, untuk waktu yang hanyut bersama keraguan. Aku ingin salahkan gelisah, untuk penat yang membuatku susah menghela nafas. Tapi, harus aku salahkan siapa ketika arah peraduan matahari justru memimpin langkahku pada-mu yang bukan hanya kiasan.
Tuhan sampaikan kabar indah ini, mungkin telah lama juga Tuhan tuliskan titah ini bahwa pada saat itu aku akan akhirnya memutus sejenak kerinduan, walau kini sudah mulai meracau lagi rindu itu...
Hanya bertukar pandangan-pun melegakan rasanya...
Hanya beriringan senyum-pun luar biasa bahagianya...
Yang selalu berada membentang bersama mega, walau jauh, di lipatan langit entah bagian mana.
Yang masih enggan untuk tak berada jauh...
Tiupan rinduku membeku dan menjadi embun di sela jendela kamarmu...
Di satu embun di antara rindu-rindu yang bertebaran, satu itu milikmu...
Satu itu milikmu, dan di sinilah bagian hulu dari mana rindu itu mengalir.
Semoga tak sia-sia dan sekedar hanyut bermuara di laut yang tak terhingga...
0 komentar