22.20
September 3, 2018
Aku pernah lupa, kalau sebenarnya aku masih mengagumimu, jingga yang kemerahan. Saat itu, mungkin, aku sedang kalut, atau hanya sibuk dengan urusanku sendiri. Ingatanku tak kuasa untuk mempertahankan rindu itu dan kemudian menyerah untuk beberapa saat, membiarkanku menjalani hidup tanpa kerinduan untukmu.
Tapi setelah aku mampu menempatkan semua pada tempatnya, bagian dari ingatanku muncul lagi, iya, ingatan tentang bagaimana telah lama aku menyimpanmu lama di dalam sana. Aku tak pernah khawatir sedikitpun, jika suatu saat nanti otakku mulai bosan atau ingin sesuatu yang lain. Iya, karena rinduku padamu tidak seperti jagung kernel kaleng yang mudah basi walaupun aku letakkan di lemari pendingin. Buktinya? Sampai sekarang, perasaan itu masih tetap hangat membekas, sehangat hari terakhir aku melihatmu.
Setelahmu, setelah kamu datang, kemudian pergi.
Aku tak pernah ingat, siapa lagi yang pernah singgah, karena mungkin tidak ada. Alasannya karena mungkin perasaan yang kamu tinggalkan terlalu luar biasa sehingga belum ada yang mampu menggantikan, atau waktu-waktu yang pernah kita habiskan bersama telah membuatku enggan. Aku enggan untuk memiliki kenangan-kenangan, yang pada akhirnya hanya menjadi ingatan yang menyesakkan.
Aku bukan menunggumu.
Aku juga tak berharap kedatanganmu.
Kalau aku berdoa tentangmu, itu pasti karena aku telah putus asa karena kamu enggan pergi dari perasaanku.
Suatu saat, aku pernah berdoa, untuk setiap waktu, tiba-tiba ingatan tentangmu hadir, teguhkan hatiku, karena aku hampir selalu tak mampu menahan besarnya rindu yang menderu.
0 komentar