Dari Hati

22.26

Aku masih sama, penulis setia buku kecil ini yang hampir runtuh terberai perasaan. Masih menghitung berapa lama lagi aku akan lupa tentang hal - hal kelabu. Tapi, kalaupun tak juga habis waktu, aku tak akan memaksakan matahari tampak disela awan mendung. Aku hanya mencoba, untuk tak lagi mengingat. Aku hanya mencoba untuk berdiri dan bangkit tanpa uraian kisah yang lalu. Aku ingin berlalu tanpa jejak yang bertalu di punggungku. Tanpamu yang menjadi bayang pelangi. Hanya itu...

Dari Hati

Sendiri...

22.26


Dalam tetes hening tangis langit, aku tak pernah sendiri...
Diantara genangan air di sudut mata, aku tak pernah sendiri...
Dalam rindu, senja, dan mega yang menjingga, aku tak pernah sendiri...
Aku bersama cerita - cerita tentangmu dulu...

Bait indah dendang piano yang menemani...
Tali - tali gitar yang beradu mengiringi...
Aku tak pernah sendiri...

Dari Hati

Sajak Hati

12.28



Aku tidak mengerti. Tentang arti daun yang berayun tak pasti. Dahannya berdayu bersama lelayu yang gugur merayu. Sepi ini terlalu dingin, Membuat rayap – rayap tersenyum menggigil di bawah tanah. Resah bersama angin yang mendesah rindu dalam gelap yang menjamah. Rengkuhan dan pelukan tak lagi datang bersama derai derai debu yang berlalu. Kini sendiri, meraba hati yang seperti peti mati. Tak bersama bunga yang bersemi tapi semut yang berhenti di sudut hati.


Aku tidak mengerti. Mengapa kini aku merasa sepi. Sendiri. Di sini terlalu gelap, tak ada bintang yang berkerlap. Tanpa bulan yang tanggap. Bahkan telingaku hampa, tak ada bisikkan kecil yang menyapa. Tak ada seruan lagi yang menyapa. Senja hilang, terbawa ilalang. Aku tak tahu lagi apa yang masih ada disampingku. Semua raib, terbawa angin – angin ghaib. Jejakku pun tak lagi tampak, hanya desahan genggaman tanganku yang beku.



Aku tidak mengerti. Meski aku tak pernah lelah bertanya kepada arah yang fana. Aku tak pernah mendengar jawabnya, meski hati terus meronta. Bersama bisikan dan bayangan, mereka hilang menembus ilalang. Meninggalkan diri rapuh ini hanya bersama senyuman usang yang malang. Bahkan, mawar itu mulai menggugurkan mahkotanya, memilih hilang daripada bersamaku. Memilih hilang daripada menjadi sarang semut semut hitam.
Aku tidak mengerti. Mengapa melati begitu sakti, semerbak wanginya yang mampu menggertak sarang – sarang lebah nan jauh di sana. Kembang kecil bertangkai mungil, tumbuh diantara serangga – serangga yang menggigil. Rangkainya tangguh, tak menaruh ragu sedikitpun. Menawan, di bawah awan – awan yang menari ringan.

Dari Hati

Merindukanmu

19.30

Hanya tersisa rindu yang menggenang di sudut mata...
Setelah sekian lama, aku kembali teringat...
Tentang masa yang dulu sempat menghiasi langitku...
Tentang waktu dulu bersama kapas putih sebagai payungnya...
Aku merindukanmu, bagai dendang sepi di lorong hitam...
Aku merindukanmu, selayaknya kumbang merindukan bunga dalam gugurannya...
Terlalu rindu...
Apa dua tahun terlalu mudah bagimu untuk tak lagi ingat aku?
Apa dua tahun telah cukup menguburku bersama jejakmu?
Aku merindukanmu...
Selalu di langit yang sama, di hari yang sama, aku merindukanmu...

Dari Hati

17.17

Tak pernah mengerti secara pasti, mengapa pelangi itu begitu cantik
Tak juga pernah tahu, mengapa awan lembut bisa menjadi sangat menakutkan
Akupun tak pernah paham, mengapa ikan harus berenang

Bahkan terlalu rumit rasanya untuk melihat semut hidup di balik dinding
Bagaimana bisa katak melompat dengan perutnya yang besar

Aku hanya manusia,,
Selalu bertanya dan tak pernah bisa menjawab
Terkadang terlalu lelah untuk mengetahui bahwa banyak sekali hal yang aku tidak tahu

Aku ini begitu kecil...
Tak mengerti apa - apa
Tak seperti burung di sana, mungkin mereka tahu kehidupan di atas sana...

Aku ingin bisa terbang, membawa cita dan asaku ke sana...
Aku mungkin tak ingin kembali lagi,,
Karena mungkin di sana begitu indah....

Dari Hati

Tak Terjangkau Lagi

22.32

Kalaupun malam akan secerah langit pagi, tetap tak mungkin aku menyentuh awan...

Kalaupun lagi hujan turun, tetap tak mungkin aku menggenggam air...

Bukannya aku terlalu rendah harapan, tapi memang mentari tak pernah memperkenankan embun untuk tetap tinggal...

Terlalu tak terjangkau, bagai dia yang kini tak berjejak


Dari Hati

Suatu Saat Nanti

22.01


Suatu saat nanti, aku ingin terbang
Bersama sepasang sayap yang tak mudah rapuh
Menyusuri  angan dan asa di atas awan
Suatu saat nanti aku ingin terbang
Menyusuri mimpi - mimpi yang karam
Aku ingin terbang dan tak ingin kembali
Terus terbang tak berpijak
Seperti awan dan langit biru
Di atas bebas

Dari Hati

Seperti Nafas

16.03


Langkahpun seperti nafas, datang kemudian pergi. Tak beda jauh dengan jejak di atas pasir, kemudian hilang. Baru saja aku menarik nafas, baru juga aku menghempaskannya. Sederhana. Setelah sapaan hangat selamat datang, kemudian selamat tinggal tak pernah ketinggalan. Semua satu paket. Bukan masalah waktu, bukan juga karena setelah hari ini masih ada esok dan esoknya lagi. Tapi, semua tentang setiap pertemuan yang mengesankan.
Pertemuan itu hangat, sama seperti matahari pagi. Perpisahan tak kalah dingin dengan embun - embun penutup malam. Hidup itu sudah ada lintasnya, harus begini kemudian begitu. Tapi semua akan sampai pada satu titik,
PERSIMPANGAN SALAM KENAL DAN SALAM RINDU

Dari Hati

Harapan

20.13

Setelah hujan, setelah badai

Kembali cerah, kembali bersinar

Aku tak sebaik mereka

Tak sempurna

Tapi harapan tak pernah ada batasan


Dari Hati

21 Mei 2012

23.31

Aku membenci, kemudian mencintai...

Aku mencela, kemudian memuji...

Seperti itukah hidup?

Aku bahagia, dan terkadang aku bersedih

Semua datang dalam satu ikatan

Senang dan sedih dalan satu ikatan

Cinta dan benci dalam satu satuan

Celaan dan pujian dalam satu rangkaian
Bukankah begitu adil hidup ini?
Tak perlu memikirkan mau makan apa besok,
Tak perlu berburuk sangka pada awan awan yang menggumpal hitam
Karena ada lapar pasti nanti ada kenyang,
Karena ada hujan pasti nanti ada pelangi
Hanya tinggal mengendalikan dinamika yang Tuhan berikan