17.48
Tak pernah enggan mengijinkan air mataku mengalir, sebagaimana derasnya hujan saat hitam dan pekatnya langit mengikuti...
Ketika aku mulai ingat bahwa aku tak akan pernah bisa untuk menggenggam nafasnya untuk selalu bersamaku. Ketika aku paham bahwa dia lebih mengagumi seorang gadis cantik, yang semua orang tahu bahwa gadis itu begitu sempurna di matanya. Bahkan ketika aku mulai sulit untuk mengenali hatiku yang tak pernah menentu. Dan ketika aku tahu, hariku melihatnya hanya tinggal menghitung hari.
Ketika aku mulai ingat bahwa aku tak akan pernah bisa untuk menggenggam nafasnya untuk selalu bersamaku. Ketika aku paham bahwa dia lebih mengagumi seorang gadis cantik, yang semua orang tahu bahwa gadis itu begitu sempurna di matanya. Bahkan ketika aku mulai sulit untuk mengenali hatiku yang tak pernah menentu. Dan ketika aku tahu, hariku melihatnya hanya tinggal menghitung hari.
Sudah begitu lama aku menyimpannya rapat dari kerumunan masa. Begitu lama hingga berbagai lapuk mulai menggerogotinya. Aku benar - benar tak mengerti apa yang harus aku lakukan, aku tak mengerti bagaimana lagi aku harus menyimpannya. Ini sudah terlalu lama, dan aku ingin segera melepasnya.
Aku tak lagi ingin berharap banyak dari pandangannya yang begitu ramah tetapi aku tak mengerti apakah maksudnya. Aku tak ingin lagi gundah dan gelisah, ketika rindu padanya datang menyelimuti setiap malamku.
Sungguh, demi tuhan aku tak sanggup lagi untuk merasakannya. Tuhan, tak lagi bisa aku terus membiarkan hatiku menjerit ketika aku inginkan dirinya. Aku muak akan perasaan itu.
Sungguh, detik yang menyiksa, ketika hati dan pikiranku bersamanya.
Hanya curahan dan curahan yang bisa aku ungkapkan. Bukan perasaan yang melapuk, bukan perasaan yang mungkin basi, karena sampai kapanpun aku tak akan mampu mengungkapkan hati yang begitu berat mengakuinya.
Ini Curahan hatiku, yang entah jujur atau hanya kebohongan tanpa arti. Entah dusta atau murni dari hatiku...
0 komentar