A Tale

The Worst Winter Ever

22.12

PROLOGUE

Angin musim dingin sudah mulai terasa, dingin menusuk kulit. Hanya tinggal pepohonan yang sudah telanjang di tengah hamparan permadani putih. Hari ini indah untuk bermalas – malasan, tapi sayang hari ini bukan hari libur. Malangnya nasib..
Aku enggan untuk membuka mata dan mengakhiri mimpi malamku, pagi ini udara sangat tidak bersahabat. Lebih baik meringkuk dibawah selimut sambil bermimpi bertemu pangeran. Hahaha, Andai saja bisa libur kapanpun aku mau, pasti aku akan banyak menghabiskan hidupku untuk berbaring dan bermain. Oh indahnya dunia…

Tapi semua itu hanya ‘andai’…

Ayolah Eliana, hari ini adalah hari terakhir ujian formatif untuk bulan ini. Jangan sampai kau menundanya, bangun adalah hal yang paling tepat untuk saat ini. Sedikit membuka mata, tidak buruk. Melepaskan selimut walau dingin memeluk 'brrr'.

Sedikit mengintip ke luar jendela, oh my god inilah awal winter tahun ini, benar - benar penderitaan anak kelas XI yang tidak mendapatkan libur kecuali sudah menyelesaikan karya ilmiah tahunan untuk musim gugur, what the hell!!

Bahkan aku baru menyelesaikan 7 paragraf dan semestinya adalah 21 paragraf. Tahun yang buruk tapi tetap menyenangkan. Aku seorang Eliana Faloen, anak bungsu dari 2 bersaudara yang sangat menderita di awal musim dingin. Seharusnya aku bisa berlibur dan bersantai sambil menghangatkan badan. 

 PART 1

Tidak ada keramahan Matahari, 'wuidih' membuat seluruh tubuhku tak ingin menghirup udara musim dingin. Really bad, Papa dan Mama meninggalkanku berdua dengan Billy Faloen. Makhluk super jutek sepanjang dunia, yang dari dulu aku kenal sebagai kakakku. Semuanya bertambah parah setelah aku tahu, bahwa dia juga merencanakan sebuah trip bersama sama teman sekolahnya. Bayangkan, aku anak kelas XI harus tinggal sendiri dalam kurungan musim dingin. 

Aku melangkahkan kakiku keluar kamar untuk mendapatkan pengisi perut pada hari pertama winter tahun ini, tapi belum saja aku menutup pintu ''drrrt' telpon genggamku bergetar di atas meja mungil sebelah kanan ranjang tidurku. 'unknown number' halo.. "halo, dear" suara penelpon yang tidak asing. Yep, that's right, pasti Kelvin Zack Mc-lien, Kau ganti nomor lagi? tidakkah kau mengasihani diriku yang hampir setiap hari harus mengganti kontakmu dalam telpon genggamku! sekarang cepat bicarakan apa yang ingin kau bicarakan tanpa basa basi, karena perutku sudah berirama dan aku harus cepat mandi untuk berangkat ke sekolah! aku tak peduli, apakah dia akan mengerti apa yang aku bicarakan dalam satu nafas. 'fyuuh'

"Okay, my princess. Suaramu membuat telingaku sedikit bergetar, aku hanya ingin mengatakan apa yang harus aku katakan setiap pagi kepada sang putri, 'good morning, and love you'" ternyata tuan Mc-lien muda ini bisa meniru gaya bicaraku dalam satu nafas. Itu sangat aneh. Ya, thank you so much my prince 'love you too' aku membalas tanpa sedikitpun basa basi dan langsung menutup pembicaraanku dalam telpon.

Breakfast berdua dengan Billy bukanlah hal buruk, tapi membosankan. Tak apalah, setidaknya dia masih mau menyiapkan sereal dan segelas susu putih di atas meja makan. That's good bro'. Mungkin Mama yang menyuruhnya melakukan itu semua sebelum dia pergi bersama teman sekolahnya.  

"Miss. Faloen, hari ini aku akan berangkat bersama teman sekolahku dan mungkin akan kembali dua minggu lagi. Jadi, belajarlah untuk mandiri dan tidak bergantung pada orang lain. Tidak boleh menghubungiku kecuali keadaan memang sangat darurat, karena semua itu akan mengganggu liburanku. Kau mengerti" Billy memang sangat jutek, nada bicaranyapun sangat datar 'monotone'. Ya, of course  aku sudah sangat dewasa untuk mencoba hidup mandiri. Setidaknya, aku masih bisa menyiapkan semuanya sendiri. Jadi jangan tinggalkan sedikitpun kekhawatiran terhadapku Billy.

 Jalanan sangat sunyi, mungkin semuanya telah sibuk berlibur untuk mencari udara panas. Tidak sepertiku yang harus tetap menetap untuk menyelesaikan tugas musim gugur yang sudah lama aku  tunda.
Tapi, Sarantika Bright high-school sangat berbeda. Ternyata tidak sedikit siswa yang menunda tugas musim gugurnya. Jadi, tak perlulah terlalu mengasihani diri sendiri selama masih ada kawan untuk menemani.

Syukurlah ketiga kawan setiaku (Violent Hurly, Grace Lim, dan Hana Queen) masih tinggal di sini. Jika tidak, aku akan sangat kesepian menyelesaikan tugasku. "Hi, Eli kau terlihat sangat suram pagi ini? apakah semuanya berjalan baik?" Violent menyapaku. Tenanglah Hurly, aku akan selalu baik jika kalian bertiga selalu menemaniku.

Mengapa kalian di sini? bukankah seharusnya kalian berada di tepi lapangan bersama dengan anak - anak klub basket?. "Apakah kau lupa El, musim dingin adalah trip panjang untuk klub basket. Jadi, tak ada jadwal untuk duduk di tepi lapangan sepanjang musim dingin" Hana Queen menjawab sambil membuka lollipopnya. Aku baru ingat, kalau tim basket sudah berangkat untuk menghabiskan musim dingin di tanah Filiphina.
  
PART 2
Aku duduk santai di taman sekolah, 'hhhhrr' sebenarnya dingin tapi tempat ini tempat paling nyaman sepanjang masa di Sarantika Bright. Lama sekali Violent, Grace, dan Hana...

Memang perlu berapa waktu untuk sampai dan kembali ke sini dari cafe di belakang taman. Aku tahu, pasti mereka bertemu dengan seseorang yang membuat mereka terpesona dan akhirnya melupakanku di sini. Oh, malangnya nassibku.. Eliana, mengapa kau harus mempunyai teman sepolos mereka?? (polos?? mereka aku bilang polos?? OH NO!!)

Jika 10 menit mereka tidak juga datang, awas saja! belum jera mereka membuat perkara denganku. Lihat saja nanti!! 

Delapan menit... delapan menit lewat 30 detik.. kemana saja mereka? Huh, tidak perlu sepuluh menit... temperku sudah naik..

Huuh, aku harus cepat mencari mereka. Sebelum aku mati beku di taman ini. Hhh, 'aaaaa' seseorang menyentuh bahuku, dan membuatku kaget. 'sset' Aku langsung menoleh, huh ternyata Ariyon Stuart..

Kau berhasil membuatku berteriak dan kaget kali ini, "Ya, padahal aku tidak berniat untuk membuatmu kaget. Sedang apa kau di sini? kok menyendiri?" kata Ariyon sambil tersenyum. 

Sebenarnya, aku sedang menunggu Violent, Grace, dan Hana. Tapi sepertinya mereka tidak akan datang. "Lalu, kau sendiri? sedang apa kau di sini? bukankah seharusnya kau meladeni permaisurimu Ms. Gicella Willy? di mana dia?, tanyaku ingin tahu sambil tersenyum. "Sudahlah, tidak usah membicarakan dia!" tanggap Ariyon sedikit terlihat muram.

Apakah kau sedang ada masalah dengannya? apa yang terjadi antara kau dan dia? ceritalah jika kau mau?, "Ya, seperti yang kau sangka. Kau tahu Gicella adalah orang yang super protective terhadapku, dan akhir - akhir ini sikapnya itu mulai tidak jelas. Ya jelas jika aku merasa tidak nyaman dengan sikapnya" jelas Ariyon panjang..

Lalu? kau menjauhi Gicella?, aku penasaran. "Tidak, aku tidak menjauhinya. Tapi Gicella yang menjauhiku, dengan alasan yang aneh" jelas Ariyon lagi. Alasan apa?, "Gicella menuduhku menduakannya, hanya karena melihat sms dalam telpon genggamku dari Sunny James" jawab Ariyon menunduk..

Hahaha, sungguh malang nasib temanku ini. Aku tertawa geli mendengar cerita Ariyon yang begitu konyol. Hahaha, sungguh kasihan Ariyon harus menghadapi Gicella Willy, cewek modern yang menurutku selalu menyiksa siapapun yang ada didekatnya dengan sikapnya yang begitu 'bossy'.

"Seaindainya, Gicella bisa sepertimu. Pasti sangat menyenangkan" Ariyon membuatku kaget sampai membuatku berhenti tertawa. Aku merasa melambung tinggi, *oh my god, bintang sekolah seperti Ariyon Stuart berkata seperti itu kepadaku...

Sudahlah, lupakan masalah itu sebelum kau menjadi stress...

"El, maukah kau menemaniku makan di Kafe?" tanya Ariyon ketika aku terdiam. Aku tidak menjawabnya, "Ayolah, Eliana... kau tidak pernah menerima jika aku ajak untuk menemaniku, hanya untuk kali ini saja" Ariyon memaksaku, tak apalah, hanya untuk kali ini saja. Akhirnya, aku menerima ajakan...

Ketika aku dan Ariyon berhenti di depan perpustakaan, aku melihat Gicella lewat. Aku tersenyum padanya dari jauh, tapi dia enggan untuk membalasnya. Apakah dia marah padaku karena melihatku dengan Ariyon, kataku dalam hati.

"Hei, lihatlah.. malam minggu nanti ada Prom Night untuk kelas XII" Ariyon membuatku sedikit kaget. Lupakanlah itu Ariyon, kau tidak mungkin datang karena Gicella juga tidak mungkin datang. Sekarang lihatlah, Gicella di sebelah sana (aku menunjuk ke arah Gicella), dia melihat kita. Lebih baik aku pergi daripada membuat masalah lagi. Aku melangkahkan kaki kananku. 

"Eliana, biarkan dia! apakah kau tega meninggalkanku, kemudian Gicella akan menghampiriku dan memarahiku di depan umum" Ariyon memegang tanganku dan mencegahku pergi... 

Ariyon, bukankah Gicella akan lebih naik pitam jika melihatmu dan aku? dia akan berpikiran lebih buruk terhadapmu, aku sedikit meninggikan bicaraku. "Eliana... tidak usah hiraukan dia" Ariyon langsung menarikku pergi menjauhi Gicella. Aku tidak berhenti mengoceh sepanjang Ariyon menggandengku. Seharusnya dia tidak berlaku seperti tadi kepada Gicella. Bagaimana Gicella tidak berpikiran negatif pada Ariyon jika perlakuan Ariyon saja seperti itu. Aku tidak mengerti pikiran seperti apa yang ada di otak cowok bintang sekolah seperti Ariyon. Benar - benar aneh..

"Eliana... sudahlah! tidak ada manfaatnya kau membela Gicella di depanku!" kata Ariyon ketika sampai di Kafe. Okay, I see... kau masih belum bisa menerima sikap Gicella. Ya sudahlah lupakan semuanya. Aku tersenyum...

"Apa yang ingin kau pesan, biar aku yang mentraktrir", Pesankan aku satu cup coklat panas. "Hanya itu?", aku menjawabnya dengan anggukan pelan.

Aku sedang enak - enaknya mengobrol dengan Ariyon sambil meneguk coklat panasku, tiba - tiba Kelvin datang bersama kedua temannya (Dyon, Freza) dan anak anak cheers (oh my god, Kelvin bisa dekat sekali dengan anak anak cheers yang super genit). Pantaslah kalau begitu, secara tidak seorangpun tahu kalau Kelvin dan aku berpacaran kecuali ketiga temanku. Tak apalah, lagian Kelvin masih mempunyai hak untuk dekat dengan siapapun. Kelvin melihatku dan tersenyum, walaupun aku sedikit tidak terima dengan perlakuan anak anak cheers itu yang begitu dekat dengan Kelvin.

Sekarang aku merasa menjadi orang yang paling malang di dalam musim dingin. Setelah keluargaku pergi untuk berlibur, kemudian aku harus siap siap dimusuhi oleh Gicella, dan yang paling parah aku harus melihat Kelvin dekat sekali dengan anak cheers.

OH seandainya aku bisa membagi kemalangan nasibku ini...

"Hei, mengapa kau melamun begitu?" tanya Ariyon menyadarkanku yang sedang melamun. Oh, sorry... tidak ada apa - apa, aku hanya bosan di sini. Bagaimana kalau kita pindah ke tempat lain, aku mengajak Ariyon pergi dari kafe.

Lebih baik aku segera pergi, dari pada melihat Kelvin bersama orang orang tidak penting lalu membuat temperku naik. "Hei, Eliana.. Mengapa kau diam?", aku tersadar dari lamunanku yang kedua hari ini dan melihat ke arah depan, 'adduhh' Gicella, mengapa aku harus bertemu dia lagi? pemandangan yang membuat jantungku bergetar. Lebih baik kau temui Gicella, dan selesaikan masalahmu dengannya sebelum semuanya menjadi tambah runyam.

"Seharusnya dia yang datang padaku lebih dulu, karena dia yang salah! bukan aku" Ariyon tetap keras kepala.. aku hanya bisa menghela nafas mendengar Ariyon berkata seperti itu, ya mau bagaimana lagi? dasar keras kepala!! 
 LAST PART
Malam minggu datang, sebenarnya waktu yang indah untuk hang out bersama Violent, Grace, dan Hana. Tapi mereka memutuskan untuk datang ke acara Prom Night kelas XII sedangkan aku enggan untuk datang. Tak apalah mungkin lebih baik aku di rumah, dari pada datang dan melihat Kelvin bersama teman teman perempuannya. Lagian Kelvin tidak mungkin mengajakku...

'drrrt' Telpon genggamku bergetar, 'Ariyon Stuart'..
"Halo, benarkah ini Eliana Faloen", ya ada perlu apa Ariyon? aku langsung bertanya. "Apakah malam ini kau ada acara" Ariyon balas bertanya. Aku tidak ada acara malam ini, memangnya ada apa?, aku penasaran pada Ariyon. "Aku mendapatkan undangan Prom Night kelas XII, dan aku ingin mengajakmu untuk datang bersamaku. Kau harus mau, dan setengah jam lagi aku akan datang untuk menjemputmu" Ariyon langsung menutup telponnya sebelum aku menjawab satu katapun.
Ketika Ariyon datang..

Bagaimana dengan Gicella? Mengapa kau tidak mengajaknya? tanyaku sebelum Ariyon membawaku ke tempat Prom Night. "Tenanglah, aku sudah menyelesaikan semuanya dengan Gicella. Aku sudah memutuskan hubunganku dengan Gicella. Jadi, kau tidak perlu khawatir" Ariyon menjelaskan semuanya dan langsung menarikku masuk ke dalam mobilnya.

Aku diam selama berada di dalam mobil, aku tidak tahu apa yang harus aku bicarakan dengan Ariyon. Ariyon, bisakah kau sedikit lebih pelan memawa mobilmu?, aku menegur Ariyon. "Eliana, sudah tidak ada waktu lagi, kita sudah terlambat 10 menit" jawab Ariyon masih terus fokus pada jalan di depannya. 

Ketika aku sampai, semuanya sudah siap. Untung belum mulai, Ramai sekali! aku mencari Kelvin, dan seperti yang sudah aku sangka dia bersama Zella, model kelas XII yang sudah lama mengejar - ngejar Kelvin. Aku hanya bisa melihatnya dekat dengannya dan menahan kecemburuan yang ada.

Tiga puluh menit sudah acara berlangsung, semuanya sudah sibuk dengan pasangannya masing masing. Termasuk Kelvin dengan Zella, huh seandainya aku bisa melarang Zella untuk mendekati Kelvin, pasti hatiku tidak akan kepanasan seperti ini.

Tiba - tiba ketika aku sedang sibuk memikirkan lamunanku, seseorang menarikku. Ariyon Stuart, selalu saja membuat kaget. Hei kau mau membawaku ke mana? Bisakah kau berlaku lebih lembut kepadaku? setidaknya kau tidak membuatku kaget, kataku ketika Ariyon menarikku dan sedikit membuat tanganku sakit.

“Sudahlah, kau ini selalu protes!” jawab Ariyon tanpa menghiraukan aku yang kesakitan akibat genggaman tangannya yang keras. Aneh, mengapa Ariyon membawaku keluar? Tidakkah dia berpikir, malam ini sangat dingin. Desisan anginpun tidak henti hentinya terdengar di dalam telingaku.

Mengapa kau membawaku ke tempat ini? tidakkah kau sedikit berpikir? malam ini sangat dingin!, aku sedikit kesal pada Ariyon yang dari tadi selalu tidak mendengar apa yang aku katakan.

“Kau tunggu sebentar di sini. Aku ingin mengambil minum”. Ketika Ariyon mengambil minum sebuah sms masuk, ‘Gicella Willy’ oh my god semoga ini bukan masalah. ‘Eliana Faloen yang terhormat, sekarang juga aku menunggumu di depan toilet wanita’. Pasti tentang Ariyon! huh membuatku repot saja!. Aku melangkahkan kakiku, “Eliana, kau mau ke mana?” Ariyon datang membawa dua gelas soft drink, dan memberikannya satu padaku. Em, emm, tidak ke mana – mana, aku menjawabnya dengan sedikit bingung. Kalau Ariyon tahu tentang sms Gicella tadi pasti semua akan bertambah parah.

“Eliana…” Ariyon memanggil namaku, padahal sudah jelas – jelas aku ada di depannya. Iya, Ariyon.. mengapa kau memanggilku seperti itu?, tanyaku sedikit tersenyum. Lalu dia menggenggam tanganku sampai – sampai membuatku sedikit kesakitan.

“Eliana, apakah kau tau? selama ini, sebenarnya aku mencintaimu?” Ariyon terlihat sangat serius, raut wajahnya terlihat seperti Mr. George, guru matematikaku yang sungguh selalu terlihat serius. Mendengar perkataannya, aku terbelalak kaget, ‘deg-deg-deg’ bagaimana aku harus menjawabnya. Selama ini aku hanya menganggapnya sahabat, tidak pernah lebih. Oh my god? bagaimana ini?

Ketika aku memandang lurus ingin mengatakan sesuatu, tiba – tiba Kelvin datang dan melihatku dan Ariyon. Oh my god, masalah apa lagi ini? aku memandang ke arah Ariyon dan mengatakan, sorry Ariyon…

Tapi belum ku selesai mengatakan itu semua, Kelvin pergi meninggalkanku. Aku mencoba mengejar Kelvin, tapi sebuah suara menghentikanku. “Hei, Eliana Faloen! mengapa kau lari dariku?” oh my god Gicella Willy menambah semuanya menjadi runyam. Aku tidak menghiraukannya, tapi dia menarik tanganku. ‘aaauw’ sakit. “Hei, Eliana! kau pikir, kau bisa lari dariku setelah merebut Ariyon Stuart dariku!” Gicella mendorong bahuku. Aku tidak mengerti, apa yang sedang kau bicarakan Nyonya Willy yang terhormat, aku membalasnya dengan sedikit keras. Ariyon melihat pertengkaranku dengan Gicella, aku mencoba pergi tapi Gicella tidak mau melepaskan genggaman tangannya. Gicella, biarkan aku pergi!, aku mencoba melepaskan genggaman tangannya, tapi tidak bisa.

“No! I will not let you go! kita harus menyelesaikan masalah ini sekarang juga!”, Gicella mengencangkan genggaman tangannya. “Gicella! apa yang kau lakukan pada Eliana? lepaskan dia” Ariyon berkata sangat keras dan lagi membuatku kaget. Gicella melepaskan genggaman tangannya dan aku langsung mengejar Kelvin yang belum cukup jauh meninggalkanku.

Kelvin… aku berteriak sekuat tenagaku. Kelvin menoleh tapi tidak berhenti berjalan, malah semakin cepat. Kelvin, jangan pergi dulu!!! aku mengejarnya dan memeluknya dari belakang. “Eliana, baru saja aku ingin membicarakan hubungan kita kepada yang lain. Tapi, mungkin aku terlambat, karena kau sudah lupa! sekarang aku bebaskan kau, menjalin berhubungan dengan Ariyon”  Kelvin berhenti sejenak. Tidak Kelvin, semua tidak seperti yang kau bayangkan! aku dan Ariyon tidak ada hubungan apapun. Kau hanya salah paham!, aku membalasnya dengan nada yang lebih rendah, mencoba bersabar untuk tidak terbawa emosi Kelvin. “Semua yang aku lihat, sudah jelas! Kau begitu dekat dengan Ariyon, sampai – sampai kau datang ke acara prom night ini bersamanya! apa semua itu kurang jelas?” Kelvin mulai emosi, perkataannya sangat tajam terdengar di telingaku dan membuatku menangis.

Kelvin, apakah kau tidak sadar bahwa selama ini kau membuat hatiku selalu hancur? ketika aku melihatmu dengan semua anak – anak cheers dan malam ini pula kau berpasangan dengan Zella, apakah kau sadar ketika aku melihat semua itu membuatku hancur! pernahkah kau memikirkan perasaanku? aku mencoba menutupi semuanya, sehingga kau tidak pernah tau tentang semua itu.

Aku tidak mengerti, apa yang ada dalam pikiran Kelvin. Dia begitu menyakitkanku, kalau aku sanggup untuk memukulnya pasti aku sudah melakukannya dari tadi!

Kelvin tetap tidak mau mendengarkan perkataanku, dia begitu saja pergi meninggalkanku sendiri. Aku sangat kecewa dengan sikapnya, begitu kecewa dengannya!

Sedikit aku menghela nafas dan menghapus air mataku, Gicella kembali datang bersama Ariyon di belakangnya yang mencoba mencegah Gicella menemuiku. Tapi, Ariyon terlambat… Gicella lebih dulu menampar pipi kiriku. “GICELLA!” Ariyon membalas menampar pipi Gicella. Aku tahu, Gicella pasti sangat marah melihat Ariyon membelaku.

Setelah Gicella pergi, Ariyon memelukku erat sekali, aku tidak bisa melepaskannya…

“Eliana, maafkan aku… semuanya karena aku, sampai Gicella dan Kelvin marah padamu” Aku tidak tahu harus menjawab apa, sehingga aku hanya diam.

 EPILOGUE

Aku mencoba menelpon Kelvin, tapi nomornya tidak aktif. Mungkin dia masih marah padaku, tapi aku belum mengerti apa salahku pada Kelvin sehingga dia begitu menghindariku. Mengapa semuanya menjadi seperti ini? seharusnya aku yang marah pada Kelvin, karena dia begitu tega membiarkanku melihatnya berdekatan dengan anak – anak cheers, dan yang paling membuatku tambah tidak mengerti, dia tidak meminta maaf padaku setelah mengajak Zella menjadi pasangannya di malam Prom Night. Benar – benar membuatku sangat kecewa.

Musim dingin masih sangat panjang, Artinya masih panjang juga aku harus kesepian di rumah. Aku sudah mengumpulkan tugas musim gugur kemarin. Tapi, rasanya aku tidak ingin berlibur mencari kehangatan.

Aku ingin menyendiri, Aku tidak ingin bertemu siapapun, Walau Ariyon terus mencoba menghubungiku, aku tidak akan menemuinya. Walaupun Violent, Grace, dan Hana terus membujukku menemui Ariyon. Apapun yang terjadi, aku belum siap untuk membicarakan masalah kemarin.

Minggu  kedua Musim dingin, aku bertemu Kelvin di depan toko manisan langgananku, dia memelukku hangat, dan seketika itu seolah aku menjadi bisu dan tidak bisa berkata apapun. “Sorry dear, aku memang salah selama ini, aku ingin pamit karena besok aku akan berangkat ke London untuk melanjutkan sekolahku, tapi tenanglah, aku akan kembali setiap empat tahun sekali” Kelvin menjelaskan semuanya. Aku berpikir dalam hati, begitu teganya dia menemuiku hanya untuk pamit dan dia menyuruhku untuk tenang sementara aku akan kehilangan dia selama empat tahun. Sungguh ironis nasibku.

Pergilah kau jika itu maumu. Aku tidak akan mengharapkan kau kembali, karena aku tahu kau tidak sesetia seperti yang aku pikirkan. Aku tahu kau tidak mungkin sanggup berhubungan jarak jauh.

Pergilah jika memang itu kehendakmu, tapi jangan pernah kembali padaku jika kau sudah mendapatkan wanita selain diriku. Aku tidak akan berharap banyak kepada mu. Percuma saja, karena harapanku mungkin akan berujung pada NOL BESAR.

Pergi dan jangan kembali padaku, jika kau sudah mencintai wanita lain. Memang winter ini adalah ‘WORST WINTER EVER'

Diary

22.59

Kesedihan yang menggema ini, begitu menjepit hatiku dalam kabut yang entah kapan berakhir.

Ketika aku mengerti, rasa yang kau simpan itu benar - benar cinta tulus kepadanya. Ketika kau katakan itu di hadapannya, dan Ketika angin membawanya masuk dalam telingaku, lalu hatiku mencerna, dan Ketika itu aku mengerti cintaku harus berhenti di sini. 
HANYA SAMPAI DI SINI!
Apakah selama ini, aku terlalu berbohong jika aku tak peduli denganmu! Apakah aku berdusta ketika ku katakan acuh padamu! 
Ini memang kejutan yang mematikan, MATI

Dari Hati

Mushy Note

22.49

Aku berharap, dirinya yang aku tulis dalam setiap buku harianku tak akan pernah membacanya.
Biarkanlah, dia berjalan dan tak pernah menghiraukan adanya aku. Kalau mungkin dia mengerti tentang semua isi dan rasa hatiku, aku berdo'a semoga dia tak akan pernah mengasihani diriku, yang telah mengagumi dirinya begitu lama sejak aku dan dia bertatap.
Aku mengerti, sampai kapanpun aku berdiri dia tak akan pernah melihatku di sini. Apalah yang akan dia anggap dari diriku yang mungkin ghaib baginya. Hanya seorang yang lemah, yang selalu mengadu dalam buku harian cengeng, lalu menangis melihat keadaan kini sudah berbeda.
Hari yang aku lewati dalam setiap tapakkan kakiku, begitu berat terasa. Ketika aku harus menyadari bahwa mungkin hariku melihatnya hanya tinggal setitik waktu. Rasanya, begitu enggan meninggalkan hari - hari ini. Aku tak mengerti bagaimana, ketika nanti aku tak bisa melihatnya dalam setiap awan yang menggumpal. Bahkan aku tak dapat melihatnya dalam celah - celah nafas hidupku.

Dia, bukan seorang yang begitu istimewa. Tapi sederhana yang melekat dengannya tak akan pernah tersaingi oleh semua istimewa yang lain. 

Aku berharap, dia yang kini sudah bersamanya...
Semoga Tuhan senantiasa menjaga dia dan seorang yang begitu disayangi, teruslah tersenyum cinta... Walau senyummu bukan untukku, tapi sungguh indah jika suatu saat nanti aku benar - benar tak akan bisa melihatnya lagi, dia tersenyum menggenggam hidupnya. 

Inilah ungkapan cengeng, yang selalu menghiasi lembar - lembar buku harianku. Tapi, memang hanya ini yang dapat ku ungkap dari tabir hatiku. Begitu sederhana, karena aku memang bukan seorang yang istimewa. Bahkan tak pernah berniat untuk menjadi seorang yang istimewa. Karena aku mengerti, kesederhanaan yang dapat membawaku hidup hingga kini.

Dari Hati

Voice of Pain

22.29

Iya,
Memang semua kenyataan ini belum bisa aku terima.
Masih tertinggal rasa ketidakrelaan dalam mata dan hatiku, yang mungkin belum bisa melepaskanmu begitu saja bersama gadis menawan itu. Bahkan kecemburuanku pun tak henti - hentinya mencampakkan langkahku dalam keterpurukkan yang sedang aku rapati.
Sudahlah, begitu banyak dusta yang kau sembunyikan di balik manis dan ramah wajahmu. Terlalu banyak masa yang ku buang untuk menerima elakkan dan dusta mu. Yang ternyata kenyataan itu begitu pedih adanya. 

Ini terlalu tajam menerkam...

Kau tak mengerti, ini pertama kalinya aku merasakan sesuatu bergemuruh dalam hatiku. Pertama kali aku turun dalam nafas - nafas perasaan seperti ini. Tapi, ternyata tak ada sepeserpun harga akan itu. 

Iya, Akupun begitu mengerti, kau masih menyimpan rasa yang begitu dalam terhadapnya...

Bahkan akupun tak bisa mengukur kedalaman yang kau gali. Aku mengerti kau begitu terpesona melihat gadis menawan itu. Setiap helai bayangannya nampak di hadapanmu, tak kan kau biarkan kedipan matamu menghabiskan pandanganmu, tak kan kau biarkan semua sia ada dalam hadirnya.

Aku bukan seorang yang baru dalam mengenalmu, sudah begitu banyak ini dan itu yang ku mengerti darimu. 

Tapi, ternyata aku hanya pantas menganggapmu seorang yang begitu aku kagumi di setiap langkahku, nafas, dan nadi yang berdenyut.Akupun bahagia akan itu, walaupun hal tentangmu tak pernah jelas melintas dalam hidupku.

Dari Hati

Au Revoir Darling

21.09

Mungkin ini hanya sebilah kisah cengeng yang aku buat untuk mengobati rasa rindu yang sesaat lagi akan memenuhi ruang nafasku. Kisah yang sesaat lagi hanya seperti tangisan, ketika aku memang tak akan bisa lagi bersamanya.

Kisah ini memang tak mengharukan bagi siapapun yang membacanya, sekalipun hati memaksa untuk mengertinya. Karena ini, hanya aku dan perasaanku yang mengerti, bagaimana aku menanti perpisahan yang mendalam.

Aku tak mengerti, mengapa begitu cepat. Aku tak mengerti mengapa aku sudah berada dalam Mei yang akan memisahkan aku dan dirinya. Aku juga tak mengerti mengapa harus ada Mei kelabu dalam hidupku.

Kian hari, kian berat aku menapakkan kakiku, kian berat nafas yang aku rasa, kian berat juga aku menjaga detak jantungku agar selalu dalam iramanya. Segala berat, yang membuat suatu pernyataan, akan membawaku jauh entah ke mana.

Sudah berkali - kali aku katakan, aku seorang yang begitu rapuh dan lemah. Bahkan aku tak bisa menghapus air mataku sedikitpun. Aku terlalu lemah, untuk menjaga hatiku agar tetap tegar.

Aku ingin tuhan melepaskan segala rasa yang ada dalam hatiku, ingin melangkahkan kakiku tanpa beban yang melekat dalam bayanganku. Aku ingin selalu yakin dalam setiap langkahku menatap, selalu yakin ketika aku harus membuat suatu keputusan untuk tak lagi berada dalam satu langit bersamanya.

Tapi, mungkin keinginan itu sulit untuk aku dapatkan. Bahkan ketika aku mulai mencoba melupakannya, dirinya selalu datang dalam segala keramahan. Membuatku terlalu berayun dalam kemanisan dirinya, yang entah apa maknanya.
Satu do'a yang tak pernah ku lupa dalam setiap tidurku, 

Dari Hati

Awal Mei dan Sisa Waktu Bersamanya

19.37


Aku tak berpikir, bahwa aku berada dalam awal perpisahan dengan dirinya. Tapi ternyata, memang ini hidup yang nyata, walaupun aku tak jauh berpikir akan berjalan terpisah dengannya, perpisahan itu akan tetap ada dan berjalan mengiringi langkahku.

Awal Mei, yang aku harap akan benar - benar menjadi awal baru, ternyata berbelok dan akan menjadi akhir dari cerita selama ini. Awal Mei, ketika aku merasa begitu indah merasakan rindu, merasakan kegalauan, merasakan segala nadi yang berdenyut, merasa bahwa hatiku mulai sadar akan hadir dirinya.

Mungkin aku begitu cengeng, begitu lemah, bahkan rapuh. Membiarkan gerekan dalam hatiku terus melebar, lebar, dan terus melebar. Tapi sungguh ketika kau semua mengerti bagaimana hatiku menjerit ketika aku menyentuhkan jariku untuk menggoreskannya di atas kertas maya. 

Bahkan aku tak sanggup menahan air mata, yang seharusnya aku bisa lebih tegar menahan segala hantaman seperti ini. Tapi, keadaan ini terlalu sulit untuk aku lewati. Aku tak biasa merasakan kenyataan yang sama sekali tak aku harapkan. Kenyataan yang tak sekalipun aku inginkan.

Tapi, aku mengerti...

Inilah saatnya Tuhan menunjukkan segala kekuasaannya. Menggoncangkan hatiku dengan tiupan kasih sayangnya. Inilah saatnya Tuhan menunjukkan, bagaimana fungsi hati yang sebenarnya.
Hati untuk merasa, merasakan hidup seutuhnya. Membenarkan adanya toleransi...

- I Can't Forget You, No Matter What I Do -

Dari Hati

17.48

Tak pernah enggan mengijinkan air mataku mengalir, sebagaimana derasnya hujan saat hitam dan pekatnya langit mengikuti...

Ketika aku mulai ingat bahwa aku tak akan pernah bisa untuk menggenggam nafasnya untuk selalu bersamaku. Ketika aku paham bahwa dia lebih mengagumi seorang gadis cantik, yang semua orang tahu bahwa gadis itu begitu sempurna di matanya. Bahkan ketika aku mulai sulit untuk mengenali hatiku yang tak pernah menentu. Dan ketika aku tahu, hariku melihatnya hanya tinggal menghitung hari.

Sudah begitu lama aku menyimpannya rapat dari kerumunan masa. Begitu lama hingga berbagai lapuk mulai menggerogotinya. Aku benar - benar tak mengerti apa yang harus aku lakukan, aku tak mengerti bagaimana lagi aku harus menyimpannya. Ini sudah terlalu lama, dan aku ingin segera melepasnya.
Aku tak lagi ingin berharap banyak dari pandangannya yang begitu ramah tetapi aku tak mengerti apakah maksudnya. Aku tak ingin lagi gundah dan gelisah, ketika rindu padanya datang menyelimuti setiap malamku.
Sungguh, demi tuhan aku tak sanggup lagi untuk merasakannya. Tuhan, tak lagi bisa aku terus membiarkan hatiku menjerit ketika aku inginkan dirinya. Aku muak akan perasaan itu.
Sungguh, detik yang menyiksa, ketika hati dan pikiranku bersamanya.
Hanya curahan dan curahan yang bisa aku ungkapkan. Bukan perasaan yang melapuk, bukan perasaan yang mungkin basi, karena sampai kapanpun aku tak akan mampu mengungkapkan hati yang begitu berat mengakuinya.
Ini Curahan hatiku, yang entah jujur atau hanya kebohongan tanpa arti. Entah dusta atau murni dari hatiku...