PROLOGUE
Angin musim dingin sudah mulai terasa, dingin menusuk kulit. Hanya tinggal pepohonan yang sudah telanjang di tengah hamparan permadani putih. Hari ini indah untuk bermalas – malasan, tapi sayang hari ini bukan hari libur. Malangnya nasib..
Aku enggan untuk membuka mata dan mengakhiri mimpi malamku, pagi ini udara sangat tidak bersahabat. Lebih baik meringkuk dibawah selimut sambil bermimpi bertemu pangeran. Hahaha, Andai saja bisa libur kapanpun aku mau, pasti aku akan banyak menghabiskan hidupku untuk berbaring dan bermain. Oh indahnya dunia…
Aku enggan untuk membuka mata dan mengakhiri mimpi malamku, pagi ini udara sangat tidak bersahabat. Lebih baik meringkuk dibawah selimut sambil bermimpi bertemu pangeran. Hahaha, Andai saja bisa libur kapanpun aku mau, pasti aku akan banyak menghabiskan hidupku untuk berbaring dan bermain. Oh indahnya dunia…
Tapi semua itu hanya ‘andai’…
Ayolah Eliana, hari ini adalah hari terakhir ujian formatif untuk bulan ini. Jangan sampai kau menundanya, bangun adalah hal yang paling tepat untuk saat ini. Sedikit membuka mata, tidak buruk. Melepaskan selimut walau dingin memeluk 'brrr'.
Sedikit mengintip ke luar jendela, oh my god inilah awal winter tahun ini, benar - benar penderitaan anak kelas XI yang tidak mendapatkan libur kecuali sudah menyelesaikan karya ilmiah tahunan untuk musim gugur, what the hell!!
Bahkan aku baru menyelesaikan 7 paragraf dan semestinya adalah 21 paragraf. Tahun yang buruk tapi tetap menyenangkan. Aku seorang Eliana Faloen, anak bungsu dari 2 bersaudara yang sangat menderita di awal musim dingin. Seharusnya aku bisa berlibur dan bersantai sambil menghangatkan badan.
PART 1
Tidak ada keramahan Matahari, 'wuidih' membuat seluruh tubuhku tak ingin menghirup udara musim dingin. Really bad, Papa dan Mama meninggalkanku berdua dengan Billy Faloen. Makhluk super jutek sepanjang dunia, yang dari dulu aku kenal sebagai kakakku. Semuanya bertambah parah setelah aku tahu, bahwa dia juga merencanakan sebuah trip bersama sama teman sekolahnya. Bayangkan, aku anak kelas XI harus tinggal sendiri dalam kurungan musim dingin.
Aku melangkahkan kakiku keluar kamar untuk mendapatkan pengisi perut pada hari pertama winter tahun ini, tapi belum saja aku menutup pintu ''drrrt' telpon genggamku bergetar di atas meja mungil sebelah kanan ranjang tidurku. 'unknown number' halo.. "halo, dear" suara penelpon yang tidak asing. Yep, that's right, pasti Kelvin Zack Mc-lien, Kau ganti nomor lagi? tidakkah kau mengasihani diriku yang hampir setiap hari harus mengganti kontakmu dalam telpon genggamku! sekarang cepat bicarakan apa yang ingin kau bicarakan tanpa basa basi, karena perutku sudah berirama dan aku harus cepat mandi untuk berangkat ke sekolah! aku tak peduli, apakah dia akan mengerti apa yang aku bicarakan dalam satu nafas. 'fyuuh'
"Okay, my princess. Suaramu membuat telingaku sedikit bergetar, aku hanya ingin mengatakan apa yang harus aku katakan setiap pagi kepada sang putri, 'good morning, and love you'" ternyata tuan Mc-lien muda ini bisa meniru gaya bicaraku dalam satu nafas. Itu sangat aneh. Ya, thank you so much my prince 'love you too' aku membalas tanpa sedikitpun basa basi dan langsung menutup pembicaraanku dalam telpon.
Breakfast berdua dengan Billy bukanlah hal buruk, tapi membosankan. Tak apalah, setidaknya dia masih mau menyiapkan sereal dan segelas susu putih di atas meja makan. That's good bro'. Mungkin Mama yang menyuruhnya melakukan itu semua sebelum dia pergi bersama teman sekolahnya.
"Miss. Faloen, hari ini aku akan berangkat bersama teman sekolahku dan mungkin akan kembali dua minggu lagi. Jadi, belajarlah untuk mandiri dan tidak bergantung pada orang lain. Tidak boleh menghubungiku kecuali keadaan memang sangat darurat, karena semua itu akan mengganggu liburanku. Kau mengerti" Billy memang sangat jutek, nada bicaranyapun sangat datar 'monotone'. Ya, of course aku sudah sangat dewasa untuk mencoba hidup mandiri. Setidaknya, aku masih bisa menyiapkan semuanya sendiri. Jadi jangan tinggalkan sedikitpun kekhawatiran terhadapku Billy.
Jalanan sangat sunyi, mungkin semuanya telah sibuk berlibur untuk mencari udara panas. Tidak sepertiku yang harus tetap menetap untuk menyelesaikan tugas musim gugur yang sudah lama aku tunda.
Tapi, Sarantika Bright high-school sangat berbeda. Ternyata tidak sedikit siswa yang menunda tugas musim gugurnya. Jadi, tak perlulah terlalu mengasihani diri sendiri selama masih ada kawan untuk menemani.
Syukurlah ketiga kawan setiaku (Violent Hurly, Grace Lim, dan Hana Queen) masih tinggal di sini. Jika tidak, aku akan sangat kesepian menyelesaikan tugasku. "Hi, Eli kau terlihat sangat suram pagi ini? apakah semuanya berjalan baik?" Violent menyapaku. Tenanglah Hurly, aku akan selalu baik jika kalian bertiga selalu menemaniku.
Mengapa kalian di sini? bukankah seharusnya kalian berada di tepi lapangan bersama dengan anak - anak klub basket?. "Apakah kau lupa El, musim dingin adalah trip panjang untuk klub basket. Jadi, tak ada jadwal untuk duduk di tepi lapangan sepanjang musim dingin" Hana Queen menjawab sambil membuka lollipopnya. Aku baru ingat, kalau tim basket sudah berangkat untuk menghabiskan musim dingin di tanah Filiphina.
PART 2
Aku duduk santai di taman sekolah, 'hhhhrr' sebenarnya dingin tapi tempat ini tempat paling nyaman sepanjang masa di Sarantika Bright. Lama sekali Violent, Grace, dan Hana...
Memang perlu berapa waktu untuk sampai dan kembali ke sini dari cafe di belakang taman. Aku tahu, pasti mereka bertemu dengan seseorang yang membuat mereka terpesona dan akhirnya melupakanku di sini. Oh, malangnya nassibku.. Eliana, mengapa kau harus mempunyai teman sepolos mereka?? (polos?? mereka aku bilang polos?? OH NO!!)
Memang perlu berapa waktu untuk sampai dan kembali ke sini dari cafe di belakang taman. Aku tahu, pasti mereka bertemu dengan seseorang yang membuat mereka terpesona dan akhirnya melupakanku di sini. Oh, malangnya nassibku.. Eliana, mengapa kau harus mempunyai teman sepolos mereka?? (polos?? mereka aku bilang polos?? OH NO!!)
Jika 10 menit mereka tidak juga datang, awas saja! belum jera mereka membuat perkara denganku. Lihat saja nanti!!
Delapan menit... delapan menit lewat 30 detik.. kemana saja mereka? Huh, tidak perlu sepuluh menit... temperku sudah naik..
Huuh, aku harus cepat mencari mereka. Sebelum aku mati beku di taman ini. Hhh, 'aaaaa' seseorang menyentuh bahuku, dan membuatku kaget. 'sset' Aku langsung menoleh, huh ternyata Ariyon Stuart..
Kau berhasil membuatku berteriak dan kaget kali ini, "Ya, padahal aku tidak berniat untuk membuatmu kaget. Sedang apa kau di sini? kok menyendiri?" kata Ariyon sambil tersenyum.
Sebenarnya, aku sedang menunggu Violent, Grace, dan Hana. Tapi sepertinya mereka tidak akan datang. "Lalu, kau sendiri? sedang apa kau di sini? bukankah seharusnya kau meladeni permaisurimu Ms. Gicella Willy? di mana dia?, tanyaku ingin tahu sambil tersenyum. "Sudahlah, tidak usah membicarakan dia!" tanggap Ariyon sedikit terlihat muram.
Apakah kau sedang ada masalah dengannya? apa yang terjadi antara kau dan dia? ceritalah jika kau mau?, "Ya, seperti yang kau sangka. Kau tahu Gicella adalah orang yang super protective terhadapku, dan akhir - akhir ini sikapnya itu mulai tidak jelas. Ya jelas jika aku merasa tidak nyaman dengan sikapnya" jelas Ariyon panjang..
Lalu? kau menjauhi Gicella?, aku penasaran. "Tidak, aku tidak menjauhinya. Tapi Gicella yang menjauhiku, dengan alasan yang aneh" jelas Ariyon lagi. Alasan apa?, "Gicella menuduhku menduakannya, hanya karena melihat sms dalam telpon genggamku dari Sunny James" jawab Ariyon menunduk..
Hahaha, sungguh malang nasib temanku ini. Aku tertawa geli mendengar cerita Ariyon yang begitu konyol. Hahaha, sungguh kasihan Ariyon harus menghadapi Gicella Willy, cewek modern yang menurutku selalu menyiksa siapapun yang ada didekatnya dengan sikapnya yang begitu 'bossy'.
"Seaindainya, Gicella bisa sepertimu. Pasti sangat menyenangkan" Ariyon membuatku kaget sampai membuatku berhenti tertawa. Aku merasa melambung tinggi, *oh my god, bintang sekolah seperti Ariyon Stuart berkata seperti itu kepadaku...
Sudahlah, lupakan masalah itu sebelum kau menjadi stress...
"El, maukah kau menemaniku makan di Kafe?" tanya Ariyon ketika aku terdiam. Aku tidak menjawabnya, "Ayolah, Eliana... kau tidak pernah menerima jika aku ajak untuk menemaniku, hanya untuk kali ini saja" Ariyon memaksaku, tak apalah, hanya untuk kali ini saja. Akhirnya, aku menerima ajakan...
Ketika aku dan Ariyon berhenti di depan perpustakaan, aku melihat Gicella lewat. Aku tersenyum padanya dari jauh, tapi dia enggan untuk membalasnya. Apakah dia marah padaku karena melihatku dengan Ariyon, kataku dalam hati.
"Hei, lihatlah.. malam minggu nanti ada Prom Night untuk kelas XII" Ariyon membuatku sedikit kaget. Lupakanlah itu Ariyon, kau tidak mungkin datang karena Gicella juga tidak mungkin datang. Sekarang lihatlah, Gicella di sebelah sana (aku menunjuk ke arah Gicella), dia melihat kita. Lebih baik aku pergi daripada membuat masalah lagi. Aku melangkahkan kaki kananku.
"Eliana, biarkan dia! apakah kau tega meninggalkanku, kemudian Gicella akan menghampiriku dan memarahiku di depan umum" Ariyon memegang tanganku dan mencegahku pergi...
Ariyon, bukankah Gicella akan lebih naik pitam jika melihatmu dan aku? dia akan berpikiran lebih buruk terhadapmu, aku sedikit meninggikan bicaraku. "Eliana... tidak usah hiraukan dia" Ariyon langsung menarikku pergi menjauhi Gicella. Aku tidak berhenti mengoceh sepanjang Ariyon menggandengku. Seharusnya dia tidak berlaku seperti tadi kepada Gicella. Bagaimana Gicella tidak berpikiran negatif pada Ariyon jika perlakuan Ariyon saja seperti itu. Aku tidak mengerti pikiran seperti apa yang ada di otak cowok bintang sekolah seperti Ariyon. Benar - benar aneh..
"Eliana... sudahlah! tidak ada manfaatnya kau membela Gicella di depanku!" kata Ariyon ketika sampai di Kafe. Okay, I see... kau masih belum bisa menerima sikap Gicella. Ya sudahlah lupakan semuanya. Aku tersenyum...
"Apa yang ingin kau pesan, biar aku yang mentraktrir", Pesankan aku satu cup coklat panas. "Hanya itu?", aku menjawabnya dengan anggukan pelan.
Aku sedang enak - enaknya mengobrol dengan Ariyon sambil meneguk coklat panasku, tiba - tiba Kelvin datang bersama kedua temannya (Dyon, Freza) dan anak anak cheers (oh my god, Kelvin bisa dekat sekali dengan anak anak cheers yang super genit). Pantaslah kalau begitu, secara tidak seorangpun tahu kalau Kelvin dan aku berpacaran kecuali ketiga temanku. Tak apalah, lagian Kelvin masih mempunyai hak untuk dekat dengan siapapun. Kelvin melihatku dan tersenyum, walaupun aku sedikit tidak terima dengan perlakuan anak anak cheers itu yang begitu dekat dengan Kelvin.
Sekarang aku merasa menjadi orang yang paling malang di dalam musim dingin. Setelah keluargaku pergi untuk berlibur, kemudian aku harus siap siap dimusuhi oleh Gicella, dan yang paling parah aku harus melihat Kelvin dekat sekali dengan anak cheers.
OH seandainya aku bisa membagi kemalangan nasibku ini...
"Hei, mengapa kau melamun begitu?" tanya Ariyon menyadarkanku yang sedang melamun. Oh, sorry... tidak ada apa - apa, aku hanya bosan di sini. Bagaimana kalau kita pindah ke tempat lain, aku mengajak Ariyon pergi dari kafe.
Lebih baik aku segera pergi, dari pada melihat Kelvin bersama orang orang tidak penting lalu membuat temperku naik. "Hei, Eliana.. Mengapa kau diam?", aku tersadar dari lamunanku yang kedua hari ini dan melihat ke arah depan, 'adduhh' Gicella, mengapa aku harus bertemu dia lagi? pemandangan yang membuat jantungku bergetar. Lebih baik kau temui Gicella, dan selesaikan masalahmu dengannya sebelum semuanya menjadi tambah runyam.
"Seharusnya dia yang datang padaku lebih dulu, karena dia yang salah! bukan aku" Ariyon tetap keras kepala.. aku hanya bisa menghela nafas mendengar Ariyon berkata seperti itu, ya mau bagaimana lagi? dasar keras kepala!!
LAST PART
Malam minggu datang, sebenarnya waktu yang indah untuk hang out bersama Violent, Grace, dan Hana. Tapi mereka memutuskan untuk datang ke acara Prom Night kelas XII sedangkan aku enggan untuk datang. Tak apalah mungkin lebih baik aku di rumah, dari pada datang dan melihat Kelvin bersama teman teman perempuannya. Lagian Kelvin tidak mungkin mengajakku...
Bagaimana dengan Gicella? Mengapa kau tidak mengajaknya? tanyaku sebelum Ariyon membawaku ke tempat Prom Night. "Tenanglah, aku sudah menyelesaikan semuanya dengan Gicella. Aku sudah memutuskan hubunganku dengan Gicella. Jadi, kau tidak perlu khawatir" Ariyon menjelaskan semuanya dan langsung menarikku masuk ke dalam mobilnya.
Aku diam selama berada di dalam mobil, aku tidak tahu apa yang harus aku bicarakan dengan Ariyon. Ariyon, bisakah kau sedikit lebih pelan memawa mobilmu?, aku menegur Ariyon. "Eliana, sudah tidak ada waktu lagi, kita sudah terlambat 10 menit" jawab Ariyon masih terus fokus pada jalan di depannya.
Tiga puluh menit sudah acara berlangsung, semuanya sudah sibuk dengan pasangannya masing masing. Termasuk Kelvin dengan Zella, huh seandainya aku bisa melarang Zella untuk mendekati Kelvin, pasti hatiku tidak akan kepanasan seperti ini.
Tiba - tiba ketika aku sedang sibuk memikirkan lamunanku, seseorang menarikku. Ariyon Stuart, selalu saja membuat kaget. Hei kau mau membawaku ke mana? Bisakah kau berlaku lebih lembut kepadaku? setidaknya kau tidak membuatku kaget, kataku ketika Ariyon menarikku dan sedikit membuat tanganku sakit.
“Sudahlah, kau ini selalu protes!” jawab Ariyon tanpa menghiraukan aku yang kesakitan akibat genggaman tangannya yang keras. Aneh, mengapa Ariyon membawaku keluar? Tidakkah dia berpikir, malam ini sangat dingin. Desisan anginpun tidak henti hentinya terdengar di dalam telingaku.
“Eliana…” Ariyon memanggil namaku, padahal sudah jelas – jelas aku ada di depannya. Iya, Ariyon.. mengapa kau memanggilku seperti itu?, tanyaku sedikit tersenyum. Lalu dia menggenggam tanganku sampai – sampai membuatku sedikit kesakitan.
“Eliana, apakah kau tau? selama ini, sebenarnya aku mencintaimu?” Ariyon terlihat sangat serius, raut wajahnya terlihat seperti Mr. George, guru matematikaku yang sungguh selalu terlihat serius. Mendengar perkataannya, aku terbelalak kaget, ‘deg-deg-deg’ bagaimana aku harus menjawabnya. Selama ini aku hanya menganggapnya sahabat, tidak pernah lebih. Oh my god? bagaimana ini?
Ketika aku memandang lurus ingin mengatakan sesuatu, tiba – tiba Kelvin datang dan melihatku dan Ariyon. Oh my god, masalah apa lagi ini? aku memandang ke arah Ariyon dan mengatakan, sorry Ariyon…
Tapi belum ku selesai mengatakan itu semua, Kelvin pergi meninggalkanku. Aku mencoba mengejar Kelvin, tapi sebuah suara menghentikanku. “Hei, Eliana Faloen! mengapa kau lari dariku?” oh my god Gicella Willy menambah semuanya menjadi runyam. Aku tidak menghiraukannya, tapi dia menarik tanganku. ‘aaauw’ sakit. “Hei, Eliana! kau pikir, kau bisa lari dariku setelah merebut Ariyon Stuart dariku!” Gicella mendorong bahuku. Aku tidak mengerti, apa yang sedang kau bicarakan Nyonya Willy yang terhormat, aku membalasnya dengan sedikit keras. Ariyon melihat pertengkaranku dengan Gicella, aku mencoba pergi tapi Gicella tidak mau melepaskan genggaman tangannya. Gicella, biarkan aku pergi!, aku mencoba melepaskan genggaman tangannya, tapi tidak bisa.
“No! I will not let you go! kita harus menyelesaikan masalah ini sekarang juga!”, Gicella mengencangkan genggaman tangannya. “Gicella! apa yang kau lakukan pada Eliana? lepaskan dia” Ariyon berkata sangat keras dan lagi membuatku kaget. Gicella melepaskan genggaman tangannya dan aku langsung mengejar Kelvin yang belum cukup jauh meninggalkanku.
Kelvin… aku berteriak sekuat tenagaku. Kelvin menoleh tapi tidak berhenti berjalan, malah semakin cepat. Kelvin, jangan pergi dulu!!! aku mengejarnya dan memeluknya dari belakang. “Eliana, baru saja aku ingin membicarakan hubungan kita kepada yang lain. Tapi, mungkin aku terlambat, karena kau sudah lupa! sekarang aku bebaskan kau, menjalin berhubungan dengan Ariyon” Kelvin berhenti sejenak. Tidak Kelvin, semua tidak seperti yang kau bayangkan! aku dan Ariyon tidak ada hubungan apapun. Kau hanya salah paham!, aku membalasnya dengan nada yang lebih rendah, mencoba bersabar untuk tidak terbawa emosi Kelvin. “Semua yang aku lihat, sudah jelas! Kau begitu dekat dengan Ariyon, sampai – sampai kau datang ke acara prom night ini bersamanya! apa semua itu kurang jelas?” Kelvin mulai emosi, perkataannya sangat tajam terdengar di telingaku dan membuatku menangis.
Aku tidak mengerti, apa yang ada dalam pikiran Kelvin. Dia begitu menyakitkanku, kalau aku sanggup untuk memukulnya pasti aku sudah melakukannya dari tadi!
Kelvin tetap tidak mau mendengarkan perkataanku, dia begitu saja pergi meninggalkanku sendiri. Aku sangat kecewa dengan sikapnya, begitu kecewa dengannya!
Sedikit aku menghela nafas dan menghapus air mataku, Gicella kembali datang bersama Ariyon di belakangnya yang mencoba mencegah Gicella menemuiku. Tapi, Ariyon terlambat… Gicella lebih dulu menampar pipi kiriku. “GICELLA!” Ariyon membalas menampar pipi Gicella. Aku tahu, Gicella pasti sangat marah melihat Ariyon membelaku.
“Eliana, maafkan aku… semuanya karena aku, sampai Gicella dan Kelvin marah padamu” Aku tidak tahu harus menjawab apa, sehingga aku hanya diam.
'drrrt' Telpon genggamku bergetar, 'Ariyon Stuart'..
"Halo, benarkah ini Eliana Faloen", ya ada perlu apa Ariyon? aku langsung bertanya. "Apakah malam ini kau ada acara" Ariyon balas bertanya. Aku tidak ada acara malam ini, memangnya ada apa?, aku penasaran pada Ariyon. "Aku mendapatkan undangan Prom Night kelas XII, dan aku ingin mengajakmu untuk datang bersamaku. Kau harus mau, dan setengah jam lagi aku akan datang untuk menjemputmu" Ariyon langsung menutup telponnya sebelum aku menjawab satu katapun.
Ketika Ariyon datang..
Bagaimana dengan Gicella? Mengapa kau tidak mengajaknya? tanyaku sebelum Ariyon membawaku ke tempat Prom Night. "Tenanglah, aku sudah menyelesaikan semuanya dengan Gicella. Aku sudah memutuskan hubunganku dengan Gicella. Jadi, kau tidak perlu khawatir" Ariyon menjelaskan semuanya dan langsung menarikku masuk ke dalam mobilnya.
Aku diam selama berada di dalam mobil, aku tidak tahu apa yang harus aku bicarakan dengan Ariyon. Ariyon, bisakah kau sedikit lebih pelan memawa mobilmu?, aku menegur Ariyon. "Eliana, sudah tidak ada waktu lagi, kita sudah terlambat 10 menit" jawab Ariyon masih terus fokus pada jalan di depannya.
Ketika aku sampai, semuanya sudah siap. Untung belum mulai, Ramai sekali! aku mencari Kelvin, dan seperti yang sudah aku sangka dia bersama Zella, model kelas XII yang sudah lama mengejar - ngejar Kelvin. Aku hanya bisa melihatnya dekat dengannya dan menahan kecemburuan yang ada.
Tiga puluh menit sudah acara berlangsung, semuanya sudah sibuk dengan pasangannya masing masing. Termasuk Kelvin dengan Zella, huh seandainya aku bisa melarang Zella untuk mendekati Kelvin, pasti hatiku tidak akan kepanasan seperti ini.
Tiba - tiba ketika aku sedang sibuk memikirkan lamunanku, seseorang menarikku. Ariyon Stuart, selalu saja membuat kaget. Hei kau mau membawaku ke mana? Bisakah kau berlaku lebih lembut kepadaku? setidaknya kau tidak membuatku kaget, kataku ketika Ariyon menarikku dan sedikit membuat tanganku sakit.
“Sudahlah, kau ini selalu protes!” jawab Ariyon tanpa menghiraukan aku yang kesakitan akibat genggaman tangannya yang keras. Aneh, mengapa Ariyon membawaku keluar? Tidakkah dia berpikir, malam ini sangat dingin. Desisan anginpun tidak henti hentinya terdengar di dalam telingaku.
Mengapa kau membawaku ke tempat ini? tidakkah kau sedikit berpikir? malam ini sangat dingin!, aku sedikit kesal pada Ariyon yang dari tadi selalu tidak mendengar apa yang aku katakan.
“Kau tunggu sebentar di sini. Aku ingin mengambil minum”. Ketika Ariyon mengambil minum sebuah sms masuk, ‘Gicella Willy’ oh my god semoga ini bukan masalah. ‘Eliana Faloen yang terhormat, sekarang juga aku menunggumu di depan toilet wanita’. Pasti tentang Ariyon! huh membuatku repot saja!. Aku melangkahkan kakiku, “Eliana, kau mau ke mana?” Ariyon datang membawa dua gelas soft drink, dan memberikannya satu padaku. Em, emm, tidak ke mana – mana, aku menjawabnya dengan sedikit bingung. Kalau Ariyon tahu tentang sms Gicella tadi pasti semua akan bertambah parah.
“Eliana…” Ariyon memanggil namaku, padahal sudah jelas – jelas aku ada di depannya. Iya, Ariyon.. mengapa kau memanggilku seperti itu?, tanyaku sedikit tersenyum. Lalu dia menggenggam tanganku sampai – sampai membuatku sedikit kesakitan.
“Eliana, apakah kau tau? selama ini, sebenarnya aku mencintaimu?” Ariyon terlihat sangat serius, raut wajahnya terlihat seperti Mr. George, guru matematikaku yang sungguh selalu terlihat serius. Mendengar perkataannya, aku terbelalak kaget, ‘deg-deg-deg’ bagaimana aku harus menjawabnya. Selama ini aku hanya menganggapnya sahabat, tidak pernah lebih. Oh my god? bagaimana ini?
Ketika aku memandang lurus ingin mengatakan sesuatu, tiba – tiba Kelvin datang dan melihatku dan Ariyon. Oh my god, masalah apa lagi ini? aku memandang ke arah Ariyon dan mengatakan, sorry Ariyon…
Tapi belum ku selesai mengatakan itu semua, Kelvin pergi meninggalkanku. Aku mencoba mengejar Kelvin, tapi sebuah suara menghentikanku. “Hei, Eliana Faloen! mengapa kau lari dariku?” oh my god Gicella Willy menambah semuanya menjadi runyam. Aku tidak menghiraukannya, tapi dia menarik tanganku. ‘aaauw’ sakit. “Hei, Eliana! kau pikir, kau bisa lari dariku setelah merebut Ariyon Stuart dariku!” Gicella mendorong bahuku. Aku tidak mengerti, apa yang sedang kau bicarakan Nyonya Willy yang terhormat, aku membalasnya dengan sedikit keras. Ariyon melihat pertengkaranku dengan Gicella, aku mencoba pergi tapi Gicella tidak mau melepaskan genggaman tangannya. Gicella, biarkan aku pergi!, aku mencoba melepaskan genggaman tangannya, tapi tidak bisa.
“No! I will not let you go! kita harus menyelesaikan masalah ini sekarang juga!”, Gicella mengencangkan genggaman tangannya. “Gicella! apa yang kau lakukan pada Eliana? lepaskan dia” Ariyon berkata sangat keras dan lagi membuatku kaget. Gicella melepaskan genggaman tangannya dan aku langsung mengejar Kelvin yang belum cukup jauh meninggalkanku.
Kelvin, apakah kau tidak sadar bahwa selama ini kau membuat hatiku selalu hancur? ketika aku melihatmu dengan semua anak – anak cheers dan malam ini pula kau berpasangan dengan Zella, apakah kau sadar ketika aku melihat semua itu membuatku hancur! pernahkah kau memikirkan perasaanku? aku mencoba menutupi semuanya, sehingga kau tidak pernah tau tentang semua itu.
Aku tidak mengerti, apa yang ada dalam pikiran Kelvin. Dia begitu menyakitkanku, kalau aku sanggup untuk memukulnya pasti aku sudah melakukannya dari tadi!
Kelvin tetap tidak mau mendengarkan perkataanku, dia begitu saja pergi meninggalkanku sendiri. Aku sangat kecewa dengan sikapnya, begitu kecewa dengannya!
Sedikit aku menghela nafas dan menghapus air mataku, Gicella kembali datang bersama Ariyon di belakangnya yang mencoba mencegah Gicella menemuiku. Tapi, Ariyon terlambat… Gicella lebih dulu menampar pipi kiriku. “GICELLA!” Ariyon membalas menampar pipi Gicella. Aku tahu, Gicella pasti sangat marah melihat Ariyon membelaku.
Setelah Gicella pergi, Ariyon memelukku erat sekali, aku tidak bisa melepaskannya…
“Eliana, maafkan aku… semuanya karena aku, sampai Gicella dan Kelvin marah padamu” Aku tidak tahu harus menjawab apa, sehingga aku hanya diam.
EPILOGUE
Aku mencoba menelpon Kelvin, tapi nomornya tidak aktif. Mungkin dia masih marah padaku, tapi aku belum mengerti apa salahku pada Kelvin sehingga dia begitu menghindariku. Mengapa semuanya menjadi seperti ini? seharusnya aku yang marah pada Kelvin, karena dia begitu tega membiarkanku melihatnya berdekatan dengan anak – anak cheers, dan yang paling membuatku tambah tidak mengerti, dia tidak meminta maaf padaku setelah mengajak Zella menjadi pasangannya di malam Prom Night. Benar – benar membuatku sangat kecewa.
Musim dingin masih sangat panjang, Artinya masih panjang juga aku harus kesepian di rumah. Aku sudah mengumpulkan tugas musim gugur kemarin. Tapi, rasanya aku tidak ingin berlibur mencari kehangatan.
Aku ingin menyendiri, Aku tidak ingin bertemu siapapun, Walau Ariyon terus mencoba menghubungiku, aku tidak akan menemuinya. Walaupun Violent, Grace, dan Hana terus membujukku menemui Ariyon. Apapun yang terjadi, aku belum siap untuk membicarakan masalah kemarin.
Minggu kedua Musim dingin, aku bertemu Kelvin di depan toko manisan langgananku, dia memelukku hangat, dan seketika itu seolah aku menjadi bisu dan tidak bisa berkata apapun. “Sorry dear, aku memang salah selama ini, aku ingin pamit karena besok aku akan berangkat ke London untuk melanjutkan sekolahku, tapi tenanglah, aku akan kembali setiap empat tahun sekali” Kelvin menjelaskan semuanya. Aku berpikir dalam hati, begitu teganya dia menemuiku hanya untuk pamit dan dia menyuruhku untuk tenang sementara aku akan kehilangan dia selama empat tahun. Sungguh ironis nasibku.
Pergilah kau jika itu maumu. Aku tidak akan mengharapkan kau kembali, karena aku tahu kau tidak sesetia seperti yang aku pikirkan. Aku tahu kau tidak mungkin sanggup berhubungan jarak jauh.
Pergilah jika memang itu kehendakmu, tapi jangan pernah kembali padaku jika kau sudah mendapatkan wanita selain diriku. Aku tidak akan berharap banyak kepada mu. Percuma saja, karena harapanku mungkin akan berujung pada NOL BESAR.
Pergi dan jangan kembali padaku, jika kau sudah mencintai wanita lain. Memang winter ini adalah ‘WORST WINTER EVER'