Dari rayuannya, aku berpikir dendangnya sudah mulai mengambil hatiku. Nada yang pudar dan mulai rapuh itu kembali menyeruku untuk kembali. Entah dari mana jejaknya dapat menemukanku. Aku pikir selama ku bersembunyi, senyumnya takkan lagi mengikutiku. Tapi aku terlalu bermimpi untuk bisa hidup tanpa bayangannya.
Aku sudah tak lagi mampu ingat, kapan terakhir kali aku bisa hidup tanpa untaian keberadaannya. Sebenarnya aku menyesalkan untuk ingat lagi tentang ini. Tapi, aku hanya seorang yang tak mampu berbuat apa - apa ketika memori itu memang kembali lagi. Aku belum sempat menghela nafas bahkan aku baru setengah mengedipkan mata, tapi dia terlalu cepat menemukanku dalam persembunyian.
Kala jemari menari, nada merambat pelan di kesunyian malam
Saat datang rintik hujan bersama setiap bayang yang pernah terlupakan
Saat datang rintik hujan bersama setiap bayang yang pernah terlupakan
Rasa sesal di dasar hati diam tak mau pergi
Haruskah aku lari dari kenyataan ini
Pernah kumencoba tuk sembunyi, namun senyummu tetap mengikuti
Haruskah aku lari dari kenyataan ini
Pernah kumencoba tuk sembunyi, namun senyummu tetap mengikuti
-Iwan Fals-